Rabu, 05 Desember 2012

BELAJAR SEPANJANG HAYAT BERSABDA

I. BELAJAR SEPANJANG HAYAT BERSABDA

            Jauh sebelum konsep belajar sepanjang hayat(life long education) dan pendidikan untuk semua orang(education for all). Ajaran Islam abad14  yang lalu talah mengemukakan konsep tsb,sebagaimana Rosululloh SAW bersabda :”Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai keliang lahat Sabda Rosululloh SAW :”Menuntut ilmu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat”.
            Kewajiban menunutut ilmu dalam islam tidak terbatas ruang dan waktu, dimanapun dan kapanpun setiap muslim harus semangatmencari ilmu. Untuk itu pendidik hendaknya mendorong peserta didik untuk menuntut ilmu baik formal maupun non formal.

J.PERPADUAN KOMPETENSI, KERJASAMA DAN SOLIDARITAS
            Firman Allah SWT:
“...........Berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan”. (Q.S. almaidah: 48).
Firman Allah SWT:
“Bertolong-tolonglah kamu atas kebaikan dan takwa,dan jangan tolong menolong dalam atas dosa dan permusuhan.
            Kegiatan pembelajaran harus mendorong semangat fastabiqul khoirat(kompetisi), taawwun (kerja sama) dan tasamuh (solidaritas), misalnya: melalui metode resitasi(pemberian tugas), kerja kelompok, bersama dalam eksperimenyaitu metode yang memungkinkan terciptanyakerjasama dan kopetisi.

K.BELAJAR MELALUI PENIRUAN
            Sejak fase-fase awal kehidupan manusia banyak sekali belajar ewat peniruan terhadapkebiasaan dan tingkah lakuorang- orang disekitarnya.
            Kecendrungan manusia meniru menyebabkan ketauladanan menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran.
Firman Allah SWT,:
“Sesungguhnya pada diri rosulullah adalah suri teladan yang baik (Q.S. al-Ahzab: 21).
            Agar peserta didik meniru yang positif , maka pendidik harus menjadikan dirinya  sebagai uswatun hasanah atau contoh yang baik dengan menjadikan dirinya sebagai conyoh prilaku yang baik dan santun sehingga dapat ditiro oleh peserta didik. Para ahli ilmu jiwa  berpendapat bahwa dalam segala hal anak merupakan peniru yang ulung”.

L.BELAJAR MELALUI PEMBIASAAN
            Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembinaan dan pembentukan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik.
            Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak orang berbuat dan bertingkahlaku hanya karena kebiasaan semata- mata.
Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Rosulullah memerintahkan kepada para pendidik agarmereka menyuruh anak- anak mengerjakan sholat, tatkala berumur7 tahun.
Sabda Rosulullah SAW:
  Suruhlah anak- anakmu mengerjakan Shalat, ketika berusia 7 tahun, dan pukullah mereka jika enggan mengerjakan  kalau mereka sudah berumur 10 ahun, dan pisahkan antara mereka ketika mereka tidur”. (H.R. Muslim).
            Oleh sebab itu pendidik harus melatih peserta didik untuk membiasakan  diri dalam beribadah, berumalah danberprilaku yang baik.
           
PRINSIP- PRINSIP METODE MENGAJAR DALAM AL-QURAN
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama , pada masa awal pertumbuhan islam telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan islam disamping sunnah beliau sendiri.
Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan islam dapat dilihat dalam Al-Qur’an sendiri .
Firman Allah :
Yang artinya: “Dan kami tidak menurunkan kepada Al-kitab (Al-Qur’an ) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(Q.S. Al-Nahl: 64).
Muhammad Fadhil Al- jamail menyatakan sebagai berikut :
“Pada hakekatnya Al-Qur’an itu adalah mrupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohaniaan, ia pada umumnya adalah merupakan  kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual.
Begitu pula An-nadwi mempertegas dengan menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran umat islam  itu haruslahbersumberkan  kepada aqidah islamiyah, menurut beliau lagi, sekiranya pendidikan umat islam  itu tidak berdasarkan kepada aqidah yang bersumbersumberkan kepada Alqur-an dan al-hadits, maka pendidikan itu bukanlah pendidikan islam, tetapi pendidkan asing.

B.METODE MENGAJAR QUR’ANI DAN BAHASA QUR’ANI
Menurut al-Nahlawi metode mengajar yang dapat menggugah perasaan adalah sebagai berikut:
1.      Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan nabawi
2.      Metode kisah Qur’ani dan nabawi
3.      Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan Nabawi
4.      Metode keteladanan
5.      Metode pembiasaan
6.      Metode ibadah dan man’izah
7.      Metode targhib dan tarhib

1.Metode Qur’ani
a.Metode hiwar Qur’ani dan nabawi
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah pada suatu tjuan.kadangkala keduanya sampai pada suatu kesimpulan, atau mungkin pula salah satu pihak tidak merasa puas.Namun demikian ia masih dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap baginya.
Hiwar mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwaatau padayang mengikuti topik percakapan atau dialog tersebut, karena:
1.permasalahan yang disajikan secaradinamis ,kedua belah pihak terlibat dalam pembicaraan secara timbal balik, sehingga tidak membosankan.
2. Tertarik untuk terus mengikuti jalanya percakapan,dengan maksud untuk mengetahui kesimpulanya.
3. Dapatmembangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang utuk  menemukan sendiri kesimpulanya.
4.mempengaruhi peserta didik berupa pedidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain.
Menurut Al-Nahlawi,dalam Al-Qur’an dan Sunnah nabi SAW, terdapat beberapa jenis hiwar seperti:
a.        Hiwar Khitabi atau ta’abudi
b.        Hiwar washfi
c.         Hiwar Qiashashi( percapan tentang sesuatu melalui kisah)
d.        Hiwar jadali
e.        Hiwar nabawi

1.        Hiwar khitabi atau ta’abudi
Hiwar Khitabi atau ta’abudi merupakan dialogyang diambil dari dialog antara Tuhan dan hambanya. Tuhan memanggil hambaNya dengan mengatakn Wahai orang-orang yang berian, dan hambanya menjawab dalam kalbunya dengan mengatakan “ kusambut panggilan engkau , ya Robbi, “dialog antara tuhan dengan hambanya ini menjadi petunjuk bahwapengajaran seperti itu dapat digunakan, dengan kata lain metode dialog merupakan metode pengajaran yang pernah  digunakan Tuhan dalam mengajari hambanya.
Melalui hiwar taabudi atau khitabi , Al-Qur’an menanamkan hal-hal penting sbb:
1.Agar tanggap terhadap persoalan yang diajukan Al-Qur’an,merenungkanya, menghadirkan jawaban sekurang- kurangnya didalam kalbu
2. Menghayati makna kandungan Al-Qur’an
3. mengarahkan tingkah laku agar sesuai denga petunjuk Al-Qur’an.
2. HiwarWshfi
Hiwar Washfi ialah dialog antara Tuhan denganmalaikat atau dengan makhluk gib lainya.Kami perintahkan kepada malaikat............” kumpulkan mereka itu beserta teman-teman mereka............. dan tunjukkanlah mereka kepada jalan neraka.
Disini Allah berdialog dengan malaikat,Al- shaffat ayat27-28 , sebagian mereka saling menghadap dan berbantahan.
Menurut Al-Nahlawi Hiwar washfi menyajikan  gambaran yang hidup tentang kondisi psikis ahli neraka dan ahli surga.dengan imajinasi dan deskripsi yang rinci HiwarWashfi memperlancarberlangsungnya pendidikan perasaan ketuhanan.Pendengar seolah terlibat dalam dialog tersebut lantas berada dalam pemihakan, beradadipihak mana aku ini?.
2.    Hiwar Qishashi
Hiwar qishashi terdapat dalam Al-qur’an  , bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, merupakan bagian dari kisah dalam al-Qur’an.Sepuluh ayat pertama merupakan hiwar (dialog),kemudian Allah mengakhiri kisah ini dengan dua ayat  yang menerangkan akibat yang diterima oleh kaum nabi syu’aib.
Hiwar bentuk kisah ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an .dan jenis hiwar ini mempunyai pengaruh yang kuat pada jiwa sebab;

1. Terletak pada pengisyaratan agar tidak memihak pada yang Zalim.
2.Hiwar ini membawakan alasan yang kuat , yaitu alasan dari nabi dan dari Tuhan  yang mengalahkan alasan orang kafir yang lemah.
3.Hiwar ini mengisahkan diaog secara berseling, ini akan menajamkan persoalan yang didialogkan sehingga terjalin kisah panjang yang kuat alur ceritanya.

4. Hiwar Jadali
Hiwarjadali  bertujuan untuk memantapkan hujjah (alasan)  contohnya dalam surat Al=Nazm ayat 1-5.
Demi bintang ketika terbenam, kawan kalian Muhammad tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tidak pula yang diucapkanya itu menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapan itu adalah wahyu yang diajarkan jibril yang perkasa.
Dalam lanjutan ayat 10-18 Allah menetapkan hujjah (alasan) yang ditujukan pada orang musyrikbahwa rosulnya  menyampaikan berita yang benarmelalui penglihatan yang nyata.begitu jugaAllah menyatakan alasan yang lemah pada tuhan orang-orang musyrik (Al-uzza, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar